Contoh Makalah Sejarah Peradaban islam "Turki Usmani
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’aalamiin,
segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam.Yang telah menciptakan
manusia, para anbiya’, para malaikat, hewan-hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.Yang
telah menciptakan akal di dalam otak manusia sehingga mereka dapat berfikir
untuk mengembangkan sebuah ilmu menjadi sebuah pengetahuan yang berlandaskan
kitab Allah yaitu Al-Qur’an. Dan yang telah memberikan kami ilmu pengetahuan
dan kemampuan untuk menyusun sebuah
makalah dengan tema “ Sejarah Peradaban Islam (Turki Ustmani)” ini.
Sholawat
dan salam selalu tercurahkan untuk
junjungan Nabi besar dan kekasih Allah
SWT, Sayyidina Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, yang telah menuntun kami
para umat beliau dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang karena
cahaya kasih sayang dan cintanya kepada para umatnya dalam Islam. Dan yang
telah mendapatkan risalah kebenaran yaitu Al-Qur’an, lalu menyampaikan dan
mengajarkan para umatnya sebuah firman-firman Allah yaitu Al-Qur’an.
Penyelesaian
tugas ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan para pembaca tentang apa itu ‘
Wahyu’. Selain itu, kami selaku penyusun makalah mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Ali Fauzan, M.H selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta pada
tim anggota kelompok yang selalu kompak
dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari
pembaca untuk memberi saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan
dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Kami
berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami penyusun
dan pembaca semuanya. Amin.
Brebes
31
Oktober 2017
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................
1
Daftar Isi ................................................................................................
2
BAB I Pendahuluan ................................................................................................
3
Latar Belakang Masalah ....................................................................................
3
Rumusan Masalah ....................................................................................
3
BAB II Pembahasan ................................................................................................
4
Pembentukan Kerajaan
Ustmani ........................................................................
4
Kemajuan-Kemajuan Turki
Ustmani ......................................................................
11
Kemunduran Dan
Kehancuran Turki Ustmani ..............................................
14
Faktor Penyebab Hancurnya
Turki Ustmani ..........................................................
15
BAB III Penutup ..............................................................................................
18
Kesimpulan ..............................................................................................
18
Daftar Pustaka ..............................................................................................
19
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
sejarah diketahui bahwa islam mengembangkan sayapnya dengan melakukan ekspansi
ke negara-negara tetangga. Ekspansi ini bertujuan untuk meperkenalkan Islam dan
memajukan Negara-negara yang telah dikuasai.
Islam
mengalami kemajuan dan kemunduran, layaknya sebuah roda yang selalu berputar
kadang diatas dan kadang berada dibawah. Begitu pun dengan islam, kemajuan
kekuasaan Islam yang dicapai pada masa Abbasiyah, dan keruntuhannya ketika
diserang bangsa Mongol. Saat itu kekuasaan politik Islam mengalami kemunduran.
Wilayah kekuasaan Islam terpecah-pecah kedalam kerajaan kecil yang satu sama
lain bahkan saling memusuhi. Tidak berhenti di situ, beberapa peninggalan
budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol,
bahkan Timur Lenk menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
Dalam
suasana infreoritas seperti itu, muncul kesadaran politik umat Islam secara
kolektif, kesadaran kolektif ini mengalami kemajuan dengan ditandai oleh
berdirinya tiga kerajaan besar, Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di
Persia. Kerajaan Usmani inilah yang paling pertama berdiri dan paling lama
bertahan dibandingkan dua lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam
Makalah ini yaitu:
Bagaimana
asal-usul terbentuknya kerajaan Turki Usmani?
Bagaimana
kemajuan Kerajaan Turki Usmani?
Bagaimana
kemunduran dan kehancuran kerajan Usmani
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pembentukan Kerajaan Usmani
Asal-usul
Terbentuknya
Dalam
sejarah Islam tercatat yang berhasil didirikan oleh bangsa Turki, yaitu Turki
Saljuk Turki Usmani. Berdirinya Turki Usmani setelah hancurnya Turki Saljuq
yang telah berkuasa selama kurang lebih 250 tahun (1055- 1300).
Kerajaan
ini didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz (ughu) yang mendiami daerah
Mongol dan daerah Utara Cina, yang kemudian pindah ke Turki, Persia dan Irak.
Mereka memeluk Islam kira-kira abad IX atau X, yaitu ketika mereka menetap di
Asia tengah. Hal ini karena mereka bertetangga dengan dinasti Samani dan
dinasti Ghaznawi, karena tekanan -tekanan bangsa Mongol, mereka mencari
perlindungan kepada saudara perempuannya, dinasti Saljuq. Saljuq ketika itu
dibawah kekuasaan Sultan Alauddin Kaikobad. Entogrol yang merupakan pimpinan
Turki Usmani pada waktu itu berhasil membantu Sultan Saljuq dalam menghadapi
Bizantium. Atas jasa inilah ia mendapat penghargaan dari Sultan, berupa
sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka
terus membina wilayah barunya dan memiliki Syukud sebagai Ibiu kota. Selain itu
Entogrol juga diberikan wewenang untuk memperluas wilayahnya.
Setelah
Entogrol meninggal, kedudukannya sebagai pimpinan Turki Usmani digantikan oleh
anaknya Usman. Dan setelah itu Saljuq mendapat serangan bangsa Mongol, dinasti
ini kemudian terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Pada saat itulah Usman
mengklaim kemerdekaan secara penuh wilayah yang didudukinya, yang semula
merupakan pemberian Sultan Saljuq sendiri, sekaligus memproklamasikan
berdirinya kerajaan Turki Usmani. Inilah asal mula mengapa kemudian diberikan
nama dinasti Usmani. Hal ini berarti bahwa putra Ertogrol inilah dianggap sebagai
pendiri kerajaan Usmani. Sebagai penguasa pertama, dalam sejarah ia disebut
sebagai Usman I. Usman memerintah pada Tahun 1290 M Sampai 1326 M.
Kerajaan
Usmani dan Exspansinya
Sebagai
sultan I, Usman lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada usaha-usaha untuk
memantapkan kekuasaannya dan melindunginya dari segala macam serangan,
khususnya Bizantium yang memang ingin menyerang. Exspansinya dimulai dengan
menyerang daerah perbatasan Bizantium sanmenaklukan kota Broessa Tahun 1317 M,
dan Broessa dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Putra
Usman, Orkhan, memerintah pada tahun 1326-1360 M. Ia membentuk pasukan yang
tangguh kemudian dikenal dengan Inkisyariyah (Jannisary) untuk membentengi
kekuasaanya. Basis kesatuan ini berasal dari pemuda-pemuda tawanan perang.
Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan yaitu Murad
I dengan membentuk sejumlah korps atau cabang-cabang yennisary. Pembaharuan
secara besar-besaran dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan dan Murad I
tidak hanya bentuk perombakan personil pemimpinnya, tetapi juga dalam
keanggotaanya. Seluruh pasukan militer dididik dan dilatih dalam asrama militer
dengan pembekalan semangat perjuangan Islam. Kekuatan militer Yennisary
berhasil mengubah Negara Usmany yang baru lahir ini menjadi mesin perang yang
paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan
negeri-negeri non Muslim. Pada masa Orkhan inilah dimulai usaha perluasan
wilayah yang lebih agresip dibanding pada masa Usman. Dengan mengandalkan
jennisary, Orkhan dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanly
(1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M).
Daerah-daerah ini merupakan bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki oleh
kerajaan Usmani.
Ekspansi
yang lebih besar lagi terjadi pada masa ini meliputi daerah Balkan, Andrinopel,
Mesodonia, Sofia (Bulgaria), dan seluruh wilayah yunani. Andrinopel kemudian
dijadikan sebagai ibu kota kerajaan yang baru.
Setelah
Murad I tewas dalam pertempura melawan pasukan Kristen, ekspansi berikutnya
dilanjutkan oleh putranya Bayazid I. Pada tahun 1391 M. Pasukan Bayazid I apat
merebut benteng Philladelpia dan Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian
kerajaan Usmani secara bertahap menjadi suatu kerajaan besar. Suatu hal yang
sangat disayangkan bahwa Bayazid I tewas dalam pertempuran melawan timur lenk.
Tewasnya bayasid I dan sebagian besar pasukannya melawan hamper seluruh wilaya
Usmani jatu ketangan Timur Lenk.
Kerjaan
Usmani bangkit kembali pada masa pemerintahan Murad II. Ia digelari Al-Fatih
(Sang Penakluk) karena pada masanya ekspansi Islam berlangsung secara
besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukkan adalah Konstantinopel
pada tahun 1453. Dengan demikian usaha menaklukkan Isalam atas kerajaan Romawi
Timur yang dimulai sejak zaman Umar Bin Khattab telah tercapai. Konstantinopel
dijadikan ibu kita kerajaan dan namanya diubah menjadi Istanbul (Tahta Isalm).
Kejatuhan Konstantinopel memudahkan tentara Usmani menaklukkan wilaya lainnya
seperti Serbia, Albania dan Hongaria.
Sekalipun
Konstatinopel telah jatuh di tangan Usmani dibawa kekuasaan Muhammad Al-Fatih,
namun umat Kristen sebagai pendudduk asli daerah tersebut tetap diberikan kebebasan
beragama. Bahkan merekadibiarkan memilih ketua-ketua dilantik oleh Sultan.
Setelah
Muhammad Al-Fatih meninggal, Ia digantikan Bayazid II. Ia lebih mementingkan
kehidupan tasawuf daripada berperang. Kelemahannya di bidang pemerintahan yang
cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan Ia tidak ditaati oleh rakyatnya,
termasuk putra-putranya. Karena seringnya terjadi perselisihan yang panjang
antara dia dan putra-putranya, akhirnya Ia mengundurkan diri dan diganti
putranya, Salim I pada tahun 1512 M. Pada masa Sultan Salim I pada tahu 1517 M.
Gelar Khalifah yang disandang oleh Al-Mutawakki alaa llah, salah seorang
keturunan Banii Abbas yang selamat dari Bangsa mongol tahun 1235 M. dan saat
itu berada dalam proteksi makhluk diambil alih oleh Sultan. Engan demikian pada
masa Sultan Salim ini para Sultan Usmani menyandang dua gelar, yaitu gelar
Sultan dan gelar Khalifah. Sehingga nama Sultan Salim pun mulai disebutkan
dalam khutbah-khubah. Selain itu ia pun dalam masa pemerintahannya selama 8
tahun menjadi penguasa dan pelindung 2 buah kota suci yaitu Mekkah dan Madinah.
Puncak
kerajaan Turki Usmani dicapai pada masa pemerintahan Sulaeman I. Ia digelari
Al-Qanuni, karena ia berhasil membuat undan-undan yang mengatur masyarakat.
Orang, barat menyebunya sebagai Sulaeman yang agung, the magnificien. Ia
menyebut dirinya sultan dari segala sultan, raja dari segala raja, pemberian
anigra mahkota bagi para raja. Pada masanya wilayahnya meliputi dataran Eropa
hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga ke Aljazair dan Asia hingga
Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut merah, Laut tengah,dan
Laut Hitam.
Untuk
lebih jelasnya penulis akan menyebutkan priode-priode kesultanan pada masa
kerajaan Turki Usmani. Dalam bukunya DR. Syafiq A. Mugani membagi menjadi 5
(Lima) priode yakni priode I pada tahun 1299-1402 M. priode ke II pada tahun
1402-1566 M, priode ke III 1566-1699 M, priode ke IV pada tahun 1699-1839 M dan
priode ke V pada tahun 1839-1922 M.
1.
Priode pertama, Sultan-sultannya ialah
-
Usman I (1299-1326 M.),
-
Orkhan (1326-1359 M.),
-
Murad I (1359- 1389 M.) dan
-
Bayazid I (1389-1402 M.)
2.
Priode ke dua, Sultan-sultannya ialah
-
Muhammad I (14033-1421 M.),
-
Murad II (1421-1451 M.),
-
Muhammad II fath (1451-1481 M.),
-
Bayazid II (1481-1512 M.),
-
Salim II (1512-1520 M.) dan
-
Sulaeman I Qanuni (1520-1566 M.)
3.
Priode ke tiga, Sultan-sultannya ialah
-
Salim II (1566-1699 M.),
-
Murad III (1573-1596 M.),
-
Muhammad III (1596-1603 M.),
-
Ahmad I (1603-1617 M.),
-
Mustafa I (1617-1618 M.),
-
Usman II (1618-1622M.),
-
Mustafa I yang kedua kalinya (1622-1623 M.),
-
Murad IV (1623-1640 M.),
-
Ibrahim I (1640-1648 M.),
-
Muhammad IV (1648-1687 M.),
-
Sulaeman III (1687-1691 M.),
-
Ahmad II (1691- 1695 M.) dan
-
Mustafa II (1695-1703 M.).
4.
Priode ke empat, Sultan-sultannya ialah
-
Ahmad III (1703-1730 M.),
-
Mahmud I (1730-1754 M.),
-
Usman III (1754-1757 M.),
-
Mustafa III (1757-1774 M.),
-
Abdul Hamid I (1774-1788 M.),
-
Salim III (1789-1807 M.),
-
Mustafa IV (1807-1808 M.) dan
-
Mahmud II (1808-1839 M.).
5.
Priode ke lima, Sultan-sultannya ialah
-
Abdul Majid I (1839-1861 M.),
-
Abdul Azis (1861-1876 M.),
-
Murad V (1876 M.),
-
Abdul Hamid II (1876- 1909 M.),
-
Muhammad V (1909- 1918 M.),
-
Muhammad VI (1918- 1922 M.) dan
-
Abdul Majid II (1922- 1924 M).[17]
Kerajaan
Turki Usmani mulai melemah semejak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Para
pemimpin lemah dan pada umumnya tidak berwibawah. Selain itu para pembesar
kerajaan hidup dalam kemewahan sehingga sering terjadi penyimpangan keuangan
Negara. Sekalipun demikian serangan Eropa masih terus berlangsung terutama
penaklukan terhadap kota Wina di Australia. Usaha penaklukan ini ternyata juga
tidak berhasil.
B.
Kemajuan-kemajuan Turki Usmani
Perkembangan
ekspansi Turki Usmani yang sangat luas diikuti dengan kemajuan-kemajuan
diberbagai bidang, seperti:
Bidang
kemiliteran dan pemerintahan
Salah
satu yang menentukan keberhasilan ekspansi Usmani adalah keberanian,
keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur di
mana saja dan kapan saja. Hal ini karena tabiat bangsa Turki sendiri yang
bersifat militer berdisiplin dan patuh terhadap aturan.
Selain
itu, keberhasilan ekspansinya juga didukung oleh terciptanya jaringan
pemerintahan yang teratur. Dalam struktur pemerintahan, Sultan sebagai penguasa
tertinggi dibantu oleh Shadr al-Azham (perdana menteri) yang membawahi pasya
(gubernur). Di bawah gubernur yerdapat al-Awaliyah (bupati).
Untuk
mengatur pemerintahan urusan Negara dibentuk undang-undang (qanun) pada masa
Sulaeman I, yang disebut Multaqa al- Abhur. Undang-undang ini menjadi pegangan
hukum bagi Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad 19. Undang-undang
ini memiliki arati historis yang sangat penting karena merupakan undang-undang
pertama di dunia.
Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Walaupun
pengembangan ilmu pengetahuan tidak mendapat perhatian besar Usmani, namun
mereka mengembangkan seni arsitektur berupa bangunan Masjid yang indah,
misalnya masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid
agung Sulaeman dan masjid Ayyub al-Ansari, masjid al- Ansari merupakan sebuah
masjid yang semula adalah gereja Aya Shopia. Kesemua masjid ini dihiasi dengan
kaligrafi yang indah.
Pada
masa Sulaeman banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung-gedung,
pemakaman, saluran air, filla dan permandian umum terutama dikota-kota besar.
Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah kordinator
Hojasinan. Seorang arsitek asal Anatolia.
Kemajuan
dibidang intelektual pada masa pemerintahan Turki Usmani tidak begitu menonjol,
adapun aspek-aspek intelektual yang dicapai yaitu:
a.
Terdapat dua buah surat kabar yang muncul pada masa itu, yaitu berita harian
terkini Feka (1831) dan jurnal Tasfiri efkyar (1862) dan terjukani ahfal
(1860).
b.
Terjadi tranfomasi pendidikan, dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan
menengah (1881) dan perguruan tinggi (1869), juga mendirikan Fakultas
kedokteran dan fakultas Hukum. Disamping itu para belajar yang berprestasi
dikirim keprancis untuk melanjutkan studinya, yang sebelumnya itu tidak pernah
terjadi.
Bidang
keagamaan
Dalam
tradisi, Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial dan politik.
Pihak penguasa sangat terikat dengan syariat Islam sehingga fatwa Ulama menjadi
hukum yang berlaku. Mufti sebagi pejabat urusan Agama tertinggi berwenan
memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan. Tanpa legitimasi Mufti
keputusan hukum kerajaan tidak bisa berjalan. Pada masa ini kegiatan terus
berkembang pesat. Al-bektasi dan Al-maulawi merupakan dua aliran tarekat yang
paling besar. Tarekat bektasi sangat berpengaruh terhadap kalangan tentara
sehingga mereka sering disebut tentara bektasi Yennisari. Sementara tarekat
maulawi berpengaruh besar dan mendapat dukungan dari penguasa dalam mengimbangi
yennisari bektasi. Ilmu pengetahuan seperti fikhi, tafsir, kalam dan lain-lain,
tidak mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa Usmani cenderung bersikap
taklid dan fanatik terhadap suatu mazhab dan menentang mazhab-mazhab lainnya.
Menurut
Ajid Tahir dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
sehingga Turki Usmani memperoleh kemajuan antara lain :
a.
Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa ,
b.
Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa,
c.
Kepengurusan organisasi yang cakap,
d.
Pihak Turki memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara baru dan
memberikan kepada mereka hak rakyat secara penuh,
e.
Turki telah menggunakan tenaga-tenaga profesional dan terampil,
f.
Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menrik minat penduduk negeri-negeri
Balkan untuk memeluk agama Islam,
g.
Rakyat memeluk agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang
relatife murah dibandingkan pada masa Bizantium,
h.
Semua penduduk memperoleh kebebasan untuk menjalankan kepercayaannya
masing-masing dan
i.
Karena Turki tidak fanatik agama, wilayah-wilayah Turki menjadi tempat
perlindungan orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan
Portugal pada abad XVI.
C.
Kemunduran dan Kehancuran Turki Usmani
Pemerintahan
sultan Turki yang ke X, yaitu Sulaeman I (1520-1566) merupakan masa
pemerintahan terpanjang dibangdingkan dengan Sultan-Sultan lainnya. Selama
pemerintahannya berhasil meraih kesuksesan dengan masuknya beberapa wilayah
Negara besar Turki. Bahkan mempersatukan umat Islam dengan non Muslim di bawah
kekuasaannya. Namun disisi lain tanda-tanda keruntuhan juga sudah mulai muncul
kepermukaan. Pandangan tersebut lebih disebabkan oleh ketergantungan kerajaan
ini kepada kesinambungan kekuatan politik seorang Sultan.
Periode
keruntuhan kerajaan Turki Usamani termanifestasi dalam dua priode yang berbeda
pula, yaitu : pertama, priode desentrallisasi yang dimulai pada awal
pemeritahan Sulatan Salim II (1566-1574) hingga tahun 1683 ketika angkatan
bersenjata Turki Usmani gagal dalam merebut kota Fiena untuk kedua kalinya.
Kedua, priode dekompresi yang terjadi dengan munculnya anarki internal yang
dipadukan denagn lepasnya wilayah taklukan satu per satu.
Pada
abad ke 16 kelompok derfisme, telah menjadi kelompok yang solid dan mendominasi
kekuatan politik bahkan menggeser posisi para aristoerat Turki tua. Namun pada
prkembangan selanjutnya terjadi konflik intern yang menyebabkan mereka
berkotak-kotak dan terjebak dalam politik praktis. Mereka mengkondisikan Sultan
agar lebih suka tinggal menghabiskan waktunya di Istana Keputren ketimbang
urusan pemerintahan, agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik
yang mereka rancang.
Dengan
mengeploitasi posisinya dimata penguasa terhadap rakyat mereka memanipulasi
pajak dengan kewajiban tambahan kepada petani, akibatnya banyak penduduk yang
berusaha untuk masuk ke dalam korp Jannisari. Hal ini mengakibatkan
membengkaknya jumlah keanggotaan Jannisari yang hingga pertengahan abad ketujuh
belas mencapai jumlah 200.000 orang.
Faktor-Faktor penyebab
hancurnya Turki Usmani.
Untuk
menentukan faktor penyebab utama kehancuran kerajaan Turki Usmani merupakan
persoalan yang tidak mudah. Dalam sejarah lima abad akhir abad ke tiga belas
sampai abad ke Sembilan belas Kerajaan Turki Usmani merupakan sebuah proses
sejarah panjang yang tidak terjadi secara tiba-tiba.
Mengamati
sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani
melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan
kekuatan militer Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya
kekuatan baru di daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani.
1. Kelemahan para
Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan
sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam
mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang
terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat
peluang bagi degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi
benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka
berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti.
Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji kemakmuran, Sultan
dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan
pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang
mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan pada perdan menteri untuk
mengendalikan roda pemerintahan. Praktik money politik di kalangan elit,
pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan kefelerike tangan pasukan
inpantri serta meluasnya beberapa pemberontakan oleh korp Jarrisari untuk
menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan sultan dan kelemahan sistem
birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki Usmani.
2. Kemerosotan kondisi
sosial ekonomi
Perubahan
mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada
struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal
sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional. Kemampuan
kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa
Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi
kepentingan mereka sendiri.[30] Perubahan politik dan kependudukan saling
bersinggungan dengan perubahan penting di bidang ekonomi. Esentralisasi
kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi
runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan Turki Usmani.
3. Munculnya kekuatan
Eropa
Munculnya
politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang
mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi langsung pada
dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XVI, ketika masing-masing kekuatan
ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk
membenahi Negara dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi
dan tekhnologi dan mengambil mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
Faktor-faktor
keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu: secara internal dan eksternal, secara internal, yaitu:
-
Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang
berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelanya korupsi dan
meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keruntuhan kerajaan Usmani,
-
Heterogenitas penduduk dan agama,
-
Kehidupan yang istimewa dan bermegahan dan
-
Merosotnya perekonomian Negara akibat peperangan Turki mengalami kekalahan.
Secara
eksternal, yaitu:
-
Timbulnya gerakan nasionalisme, bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki
berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut,
-
Terjadinya kemajuan tekhnologi di Baratn, khususnya dalam bidang persenjataan.
Sedangkan Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan sehingga jika terjadi
perang, Turki selalu mengalami kekalahan.
Perang
dunia pertama melengkapi proses kehancuran kerajaan Turki Usmani, pada bulan
desember 1914, Turki Usmani melibatkan diri dalam perang dunia dan berada di
pihak Jerman dan Austria. Bantuan militer dan ekonomi Jerman, kekuatan terhadap
kekuatan Rusia serta keinginan keinginan untuk menyelamatkan kendali Turki
Usmani menjadi alas an ketelibatan Turki dalam peristiwa tersebut. Pada tahun
1918, aliansi bangsa-bansa Eropa mengalahkan aliansi militer Jerman, Turki dan
Austria. Memasuki tahun 1920, kerajaanTurki Usmani kehilangan keseluruhan
propinsi yang ada di semenanjung Baalka, Mesir menjadi kemudian Negara
protektorat Inggris dan bebas secara total dari kekuasaan kerajaan Turki
Usmani.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian pada bab sebelumnya, pembahasan tentang krajaan Turki Usmani, maka penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Turki Usmani merupakan slah satu kerajaan yang didirikan oleh bangsa Turki
setelah runtuhnya kerajaan Turki Saljuq. Entogrol adalah pembuka jalan
berdirinya Turki Usmani putranya Usman sebagai proklamator Kerajaan Turki
Usmani tahun 1300M. Turki Usmani adalah salah satu dari tiga kerajaan islam
yang muncul setelah jatuhnya Baghdad.
2.
Kemajuan Turki Usmani dapat dilihat dari bidang kemiliteran dan pemerintahan,
terbukti bahwa kekuatan militer Usmani adalah salah satu faktor sangat yang
menentukan keberhasilan ekspansi Turki Usmani, kemajuan lain yang dapat dilihat
yaitu: kemajuan dalam bidang budaya khususnya bangunan fisik. Di bidang Ilmu
pengetahuan kemajuan Usmani tidak begitu menonjol dibandingkan kemajuan di
bidang lainnya, sehingga tidak seorang pun ilmuan Islam yang diklaim sebagai
produk dari Turki Usmani.
3.
Kemunduran dan kehancuran Turki Usmani disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain: kelemahan para sultan dan sistem birokrasi, kemerosotan ekonomi dan
munculnya kekuata Eropa. Peran Turki tidak dapat dikesampingkan, karena dengan
luasnya daerah kekuasaan yang membentang dari Asia hingga Eropa dalam rentang
waktu yang relatif lama, lebih dari enam abad, maka terjadilah intraksi
peradabandengan berbagai wilayah yang berada di bawah kekuasaan Turki dan
saling mempengaruhi, sehingga peradaban yang lebih kuat banyak memberikan
pengaruh terhadap peradaban yang lebih lemah
DATAR
PUSTAKA
Ali,
K. A, Study Of Islamic History, Diterjemahkan Oleh Ghufron A. Mas adi, Sejarah
Islam: Tarikh Pramodern. ( Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Black,
Anthony, The History Of Islamic Political Though rom The Prophet To The
Present, Dialihbahasakan oleh Abdullah Ali. Jakarta: Jakarta: Seranbi Ilmu Semesta,
2006.
Hitti,
Phillip, K. History Of The Arabs ; rom Earliest Times To The Present,
Dialihbahasakan oleh Cecep Lukman, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.
Ibrahim,
Hassan, Islamic History And Culture. Dialihbahasakan oleh Djahdan, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kot Kembang, 1989.
Mahmudunassir,
Islam; Konsepsi Dan Sejarah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Mughani,
Syafik, A, Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki, Cet. I; Jakarta: Logos, 1997.
Thohir,
Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-Akar Sejarah,
Sosial Politik Dan Budaya Ummat Islam, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada,
2004.
Yatim,
Badri, Sejarah Dan Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Gra indo Persada, 2001.
Komentar
Posting Komentar